Perang Jawa sendiri aslinya dipicu oleh serangkaian reformasi tanah yang kejam yang melemahkan posisi ekonomi para bangsawan Jawa.
Ada masalah mistis dalam konflik itu sendiri, muncul dari sumber Jawa tradisional dan Muslim.
Diponegoro dianggap sebagai Ratu Adil, kepercayaan di Jawa yang percaya akan ada seseorang yang menyelamatkan orang-orang kecil ketika zamannya sudah kacau.
Namun perjuangannya juga dilihat sebagai jihad Muslim melawan Belanda.
Diponegoro memiliki pengaruh kuat di wilayah Yogyakarta dan ia berhasil melancarkan perang gerilya.
Perang tersebut termasuk sukses untuk hampir 3 tahun.
Namun pada akhir 1828, pasukan Belanda memenangkan kemenangan besar yang membuktikan titik balik di perang tersebut.
Di bawah Jenderal H. Merkus de Kock, Belanda berhasil mengembangkan sistem pos-pos kecil yang saling melindungi yang dihubungkan oleh jalan yang baik yang memungkinkan mereka untuk memadamkan perang gerilya penduduk asli.
Pada tahun 1830 Diponegoro setuju untuk bertemu dengan perwakilan Belanda untuk negosiasi damai, tetapi dalam pertemuan itu ia ditangkap.
Dia meninggal di pengasingan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
KOMENTAR