“Merdeka…Merdeka”. Ancaman represi dari pemerintah kolonial Belanda menyebabkan Supratman harus menggubah lirik asli yang mencantumkan kata “merdeka.”
“Saudara-saudara, lagu ini kita ucapkan dengan perkataan mulia, walau kita tahu sama tahu soal ini,” ujar Supratman sebagaimana diungkapkan Dolly.
Dolly pun menyanyikannya dengan suara keras: “Indones… Indones… mulia… mulia…!”
Dolly melafalkan lirik lagu itu di luar kepala.
Setelah usai, tepuk tangan pun menggemuruh memenuhi gedung yang bersejarah itu.
Dan nama Dolly Salim, sejak saat itu disebut-sebut sebagai pelantun pertama lagu Indonesia Raya.
Baca Juga: Tujuan Para Pemuda Memilih Memakai Peci dan Mengganti Ikat Kepala Kedaerahan pada Sumpah Pemuda 1928
Bagaimana Lagu 'Indonesia Raya' Tercipta?
Ketika pergerakan makin hangat-hangatnya, dari Yogyakarta muncul anjuran agar komponis Indonesia menciptakan lagu yang bisa dijadikan lagu kebangsaan.
WR. Supratman pun begitu gembira, berhari-hari, siang malam dia mempersiapkan lagunya.
Hari ke delapan, jam lima pagi dia berhasil menyelesaikan not sebuah lagu yang dirasa bersemangat dan mencerminkan semangat rakyat yang tak bisa dirantai.
Supratman yakin lagu karangannya cocok dengan jiwa bangsa Indonesia yang sedang bangkit dari tidurnya yang lelap.
Dalam menyuun syairnya, Supratman teringat pidato Bung Karno di Bandung yang pernah didengarnya:
"Airnya kamu minum, nasinya kamu makan. Abdikanlah dirimu padanya. Kepada Ibu Pertiwi, Ibu Indonesia."
Dia kemudian menetapkan judul lagu ciptaannya, "Apa salahnya kalau aku namakan Indonesia Raya?", tanyanya pada diri sendiri.
Baca Juga: Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda: Tek Asli Timbulkan Perdebatan, Bagian Inilah yang Kemudian Diubah
Tanggal 22 Desember 1928 Supratman menulis surat ke pengurus Gedung Perhimpunan Indonesia di Kramat, Jakarta.
Isinya pemberitahuan telah tercipta sebuah lagu yang bersemangat dan berirama mars.
Dia minta diberi kesempatan untuk memperdengarkan lagunya, "Kalau pun tak dapat dipakai sebagai lagu pergerakan atau kebangsaan, memadailah kalau diperdengarkan", tulisnya.
la ingin memperkenalkan lagu barunya di kongres Pemuda Kedua 28 Oktober 1928.
Lagu Indonesia Raya kemudian diterima sebagai lagu perjuangan,
pembangkit semangat dan tersimpan rapat di hati tiap orang.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR