Pada tahun 2021, China diketahui hanya membangun 150 pesawat tempur siluman J-20.
Angkatan Udara AS (USAF), di sisi lain, sudah memiliki lebih dari 280 F-35A.
AS berencana untuk mengakuisisi 1.763. Jumlah tersebut bahkan belum memperhitungkan varian B dan C F-35 yang diperuntukkan Korps Marinir dan TNI AL.
Selain itu, semakin banyak negara sekutu sekarang menambahkan F-35.
Korea Selatan saat ini mengoperasikan enam belas F-35. Di Eropa, Denmark dan Norwegia juga menerima dan mengoperasikan F-35 mereka.
Beberapa negara lain sedang dalam berbagai tahap untuk memperoleh jet tersebut. Negara-negara tersebut termasuk Swiss, Israel, Polandia, Jepang, Australia, Italia, Belanda, Belgia, Singapura, serta Inggris.
Sementara itu, produksi J-20 yang jauh di belakang produksi F-35 saat ini sangat penting, terutama dalam konteks niat China untuk mengembangkan J-20 untuk menyaingi F-22 atau F-35.
Global Times melaporkan bahwa Wang Haitao, wakil perancang pesawat J-20, mengatakan bahwa industri penerbangan China dapat memenuhi setiap tingkat permintaan dari Angkatan Udara PLA dalam menanggapi penyelidikan mengenai kapasitas produksi pesawat J-20.
Wang menyoroti bahwa karena kemajuan teknologi industri, China telah mampu mempercepat periode penelitian dan pengembangan peralatan penerbangan yang biasanya panjang.
“Khususnya untuk peralatan seperti J-20, kita perlu melakukannya lebih cepat di semua aspek, termasuk perancangan, produksi, pengujian, dan pembuatan,” kata Wang.
Untuk saat ini, J-20 mungkin disebut sebagai pesawat tempur generasi kelima yang kuat yang dapat menandingi F-35 Amerika, namun, menurut pakar penerbangan Younis Dar, jet F-35 tidak hanya melampaui kualitas J-20 tetapi juga dalam hal jumlah yang sangat banyak.
China akan membutuhkan lebih dari satu dekade untuk mengejar, tetapi pada saat itu, AS akan memiliki NGAD (Dominasi Udara Generasi Selanjutnya) di gudang senjatanya.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR