Namun, di sisi lain, hal itu cukup merepotkan Indonesia.
Melansir S&P Global Platts, Kamis (7/10/2021), ekspor minyak sawit Indonesia turun 33% bulan ke bulan menjadi 2,241 juta mt pada bulan September, menurut data kapal dan pengiriman yang dilihat oleh S&P Global Platts.
Hal ini terjadi karena harga yang lebih tinggi mendorong pembeli utama India dan China untuk fokus pada pengiriman Malaysia.
Produksi minyak sawit Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, juga diperkirakan turun 300.000 mt tahun ke tahun di bulan September karena badai hujan dan banjir yang meluas selama bulan Agustus dan September mempersulit kegiatan panen selama musim puncak produksi.
"Produksi yang lebih rendah vs tingkat historis serta harga yang jauh lebih tinggi menyebabkan pendistribusian permintaan di tempat tujuan," kata Marcello Cultrera, manajer penjualan institusional dan dealer derivatif di Phillip Futures yang berbasis di Singapura.
Harga minyak sawit telah melonjak 67% selama tahun lalu, menurut data S&P Global Platts.
Ini telah menciptakan dua kekhawatiran bagi pembeli; pengadaan dalam jumlah besar dan penetapan harga ke depan.
Dengan output yang lebih rendah dan harga historis yang tinggi, tantangan bagi pembeli adalah mengamankan pasokan bahan baku atau pengadaan kargo fisik kelapa sawit, kata Cultrera.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR