Sementara itu, HMS Queen Elizabeth dari Inggris berlayar di Laut Filipina dalam latihan bersama dengan dua kapal induk AS, yaitu USS Ronald Reagan dan USS Carl Vinson, dan helikopter perusak Jepang JS Ise.
Sejumlah kapal perang dari enam negara berbeda, berlatih bersama selama akhir pekan di wilayah tersebut di tengah meningkatnya ketegangan.
Pelayaran melalui Selat Taiwan oleh Angkatan Laut Inggris dan Amerika, ditambah dengan pakta pertahanan Aukus yang baru, tentu saja membuat marah Beijing dan memicu banyak unjuk kekuatan di Laut China Selatan.
Presiden Xi Jinping menggambarkan perebutan demokrasi pemerintahan sendiri sebagai ‘tak terhindarkan’ dan Beijing telah meningkatkan tekanan pada Tsai sejak dia terpilih pada 2016 atas mandat Taiwan yang ‘independen’.
Dalam propaganda lainnya pada hari Senin, The Global Times, melansir DailyMail, memuat sebuah artikel yang menanyakan ‘apakah Australia bersedia menemani Taiwan, menjadi umpan meriam’.
Itu terjadi setelah menteri luar negerinya meminta bantuan untuk mempersiapkan pembelaannya.
Australia menerima kemarahan China dalam beberapa minggu terakhir setelah menandatangani aliansi baru dengan Inggris dan AS.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Washington dan London setuju untuk berbagi teknologi kapal selam nuklir dengan Canberra.
Beijing marah dengan langkah itu karena secara dramastis mengubah keseimbangan kekuatan di Laut China Selatan, di mana ia berjuang untuk mendapatkan pengaruh dengan Barat atas negara-negara kecil seperti Taiwan, Vietnam, dan Filipina.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR