Kata-kata protes tersebut datang hanya sehari setelah Perdana Menteri baru Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, memperjelas bahwa Malaysia "tidak akan berkompromi atas masalah kedaulatan" di Laut China Selatan.
Pada Juni lalu, Malaysia yang masih dipimpin perdana menteri lain, secara terbuka menuduh jet tempur China melanggar "zona udara dan kedaulatan Malaysia" dan berikrar "memiliki hubungan diplomatik ramah dengan negara manapun bukan berarti kami akan mengkompromikan keamanan nasional kami."
'Sebuah ancaman serius'
Menurut angkatan udara Malaysia, beberapa pesawat militer China, termasuk Ilyushin-76 dan Xian Y-20, disinyalir membuat sebuah "formasi taktis" di dalam zona udara Malaysia, yang kemudian menjadi "sebuah ancaman serius untuk keamanan nasional dan jaminan penerbangan."
Indonesia dan juga Filipina juga terlibat dalam manuver serupa untuk melawan gangguan China yang suka sewenang-wenang masuk ke zona ekonomi Indonesia dan Filipina, menunjukkan perlawanan yang makin ngotot terhadap aksi militer Beijing di laut penuh sengketa itu.
Faktanya, tiga negara kunci di ASEAN itu juga telah memperkuat kerjasama pertahanan dan strateginya dengan kekuatan luar, termasuk latihan militer besar-besaran dengan AS beberapa bulan belakangan.
Menurut sejarah, Malaysia telah mempertahankan hubungan yang relatif ramah dengan China, mitra dagang dan investasi pada beberapa puluh tahun belakangan.
Untuk bagiannya, Beijing telah sering mengadopsi pendekatan lebih halus ke Putrajaya di Laut China Selatan, di mana berbagai klaim telah tumpang tindih di sana.
KOMENTAR