Namun karena proyek yang macet, NEVS memecat sebanyak 300 karyawan, hampir separuh dari total karyawan di pabriknya yang berjumlah 670 pekerja.
“Karena kurangnya dana dari Evergrande New Energy Vehicle Group, kami harus memangkas (jumlah) karyawan dan pengembangan kendaraan listrik dihentikan,” kata seorang anggota NEVS dikutip dari Kompas.com.
CEO NEVS Stegan Tilk menjelaskan pihaknya kini tengah mencari investor baru seperti dilansir dari The Dong-a Ilbo.
Evergrande New Energy Vehicle Group sebenarnya telah mempersiapkan produksi massal kendaraan listrik tahun depan, tapi mereka gagal membayar perusahaan produsen peralatan-peralatan di China.
Banyak karyawannya bahkan belum menerima gaji untuk beberapa waktu, bahkan makanan gratis untuk para peneliti di pusat penelitian dan pengembangan telah ditangguhkan.
Evergrande sendiri sudah menjual saham milik beberapa anak perusahaannya pada akhir September guna mengamankan uang tunai.
Namun krisis ini diperkirakan sejumlah analis akan masih berlanjut.
Hal ini karena bisnis utama Evergrande, real estate, mengalami perlambatan karena peraturan China.
Kemudian bisnis kendaraan listriknya yang terkemuka juga kesulitan dalam berjuang.
KOMENTAR