IntisariOnline.com - Perupa foto Sjaiful Boen membuat gebrakan dalam fotografi, berimajinasi liar dan berani mendobrak pakem.
Ia tak hanya memamerkan foto dalam cetakan kertas, kemudian pamer teknik dan obyek yang indah.
Namun, Sjaiful Boen mencoba menciptakan wacana, ide, dunia, imajinasi, dan wawasan liar lewat seni fotografi dengan media yang beragam.
Setidaknyapemahamanyangtentu belum lengkap ini menggambarkan pameran fotografi Sjaiful Boen bertajuk "Continew" di Jogja Gallery, mulai 3 September sampai 2 Oktober 2021.
Sebanyak 355 karya hasil perjalanan 20 tahun berkecimpung di dunia fotografi, ia pamerkan.
Namun, ia menuangkannya dalam 25 permukaan, baik berupa materi tembaga, zink, alcubon, mdf, kayu, resin, kulit kayu dan masih banyak lagi.
Sebuah keberanian dan keliaran yang disebut fotografer senior, Risman Marah, mendobrak pakem.
"Ya beginilah, seorang seniman harus berani berkorban demi merealisasikan idenya dengan materi yang dipilih. Saya sudah katakan sejak lama, seni fotografi harus berani membuat yang baru dan berkreasi liar," kata Risman Marah.
"Pameran Sjaiful Boen menurut saya merepresentasikan semangat ini, mendobrak pakem," pujinya.
Kurator seni Suwarno Wisetrotomo menambahkan, semangat seni harus berani meninggalkan yang biasa atau klise.
"Saya kira, pameran fotografi Sjaiful Boen, meski debatable, adalah karya seni kontemporer yang jauh dari klise. Bahkan, ia juga mengeksplorasi teknik cungkil dalam fotograsinya dan ini tak biasa," jelasnya.
Pujian yang sama disampaikan seniman Yuswantara.
Menurutnya, karya Sjaiful Boen meloncat di luar kewajaran atau kebiasaan.
Ia berani membuat persepsi dan teori sendiri soal simbol-simbol, untuk merealisasikan idenya.
Sebagai contoh dalam karya berjudul "Now I Have President".
Di situ Sjaiful Boen mengungkapkan isi hatinya bahwa ia merasa baru memiliki presiden setelah Joko Widodo jadi presiden.
Seorang rakyat biasa yang menjadi orang nomor 1 di Indonesia, kemudian tampil sebagai presiden yang, menurutnya, merakyat dan sederhana.
Sjaiful Boen pun menampilkan sosok Jokowi dalam media kaleng kerupuk yang disusun.
"Kenapa kaleng kerupuk? Karena kaleng kerupuk itu merakyat dan sederhana, tapi ada di warung paling murahan sampai hotel bintang lima. Dan, hampir semua orang doyan kerupuk."
"Menurut saya, ini cocok sebagai analogi buat Pak Jokowi yang sederhana, tapi diterima di segala lapisan masyarakat," tegasnya.
Keberanian Sjaiful Boen bereksperimen fotografi dalam berbagai materi ini membuat karya-karyanya mengagetkan, sekaligus memantik imajinasi liar.
Ada beberapa karya yang terkesan sebagai karya abstrak.
Namun, ada pula foto-foto tegas, terutama potret 100 tokoh yang mewarnai sejarah.
Dan, ia berani mengangkat 100 tokoh itu berdasarkan persepsi dan pengalamannya sendiri dengan pertimbangan estetika, ideologi, maupun konsep dan pandangan-pandangannya.
Karya Sjaiful Boen dipamerkan dengan sekat-sekat sehingga pengunjung seperti memiliki ruang sendiri.
Potret dalam karya "100 Faces in History" menampilkan wajah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Jakob Oetama, Gus Dur, Soeharto, Bob Marley, John Lenon dan sebagainya.
Yang unik, karya ini sebagian ia buat dengan teknik cungkil.
Menurut kurator pameran, Oscar Motuloh, tajuk pameran berasal dari continue yang diplesetkan menjadi continew.
Artinya sebuah proses berkelanjutan dan semangat untuk melihat hal yang baru.
Ini adalah pameran tunggal Sjaiful Boen yang ketiga.