Melansir Vice.com, wanita di distrik Malaka, Timor Leste, biasa menato diri mereka sendiri ketika mereka menikah.
Yakni dengan menorehkan motif jaring-jaring rumit untuk menandai diri mereka sudah bersuami.
Ini merupakan tradisi warisan dan menggambarkan filosofi suatu suku.
Ada yang melambangkan rumah adat. Ada yang melambangkan alam.
Ketika tentara Jepang tiba di Malaka, wanita-wanita lajang mulai 'melanggar tradisi' dengan menato diri mereka meski belum menikah.
Ini menyelamatkan mereka dari rumah bordil Tentara Kekaisaran Jepang dan sistem yang menarik sedikitnya 20.000 wanita dan sebanyak 410.000 ke dalam industri masa perang yang tragis ini.
Praktik mencuri perempuan di wilayah pendudukan untuk perbudakan seksual diduga dijadikan praktik standar untuk mencegah insiden internasional lain seperti yang terjadi pada tahun 1937.
Tepatnya ketika pasukan Jepang mrudapaksa dan membantai orang-orang Nanjing, China, ketika sedang dikepung.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR