Setelah membaca nota itu, Soekarno pun langsung bergegas meninggalkan rapat setelah Ia lebih dulu menyerahkan kelanjutan rapat kepada Leimena.
Namun rapat itu akhirnya tak berlanjut karena para menteri pun panik melihat Presiden Soekarno yang bergegas meninggalkan rapat.
Soebandrio yang saat itu menjabat Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) ikut lari terbirit-birit mengejar Soekarno yang sudah berjalan bersama pengawalnya menaiki helikopter untuk diamankan ke Istana Bogor.
Pasukan tak dikenal yang membuat rapat itu bubar merupakan para personil Kostrad, seperti yang diungkapkan dalam buku Misteri Supersemar.
Dalam buku itu, Kemal Idris yang menjabat sebagai Kastaf Kostrad mengakuinya.
Kemal berujar, penggerakan pasukan Kostrad ke Istana atas perintah Soeharto adlaah untuk menangkap Soebandrio, bukan Soekarno.
"Saya disuruh Pak Harto. Lalu, saya memerintahkan Sarwo Edhie untuk menggerakkan pasukannya ke istana untuk menangkap Bandrio," kata Kemal.
Menurut Kemal, pasukan Kostrad sebanyak dua kompi (80 personil) itu sengaja tidak memakai badge tanda kesatuan Kostrad supaya Soebandrio tidak ketakutan ketika keluar Istana menemui mereka.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR