Ia tergabung dalam Koninklijke Militaire Akademie di Bandung.
Namun, Suprapto tidak dapat menyelesaikan pendidikan militernya, karena Jepang sudah lebih dulu menduduki Indonesia.
Oleh Jepang, Suprapto ditawan dan dipenjarakan. Tetapi, ia berhasil melarikan diri dari rumah tahanan.
Suprapto pun kembali ke kampung halamannya, Purwokerto. Di sana ia mengikuti kursus Cuo Seinen Kunrensyo atau Pusat Latihan Pemuda.
Suprapto sudah merasa tertarik terhadap masalah-masalah sosial, terutama yang berhubungan dengan pemuda.
Dalam kegiatan bidang sosialnya itulah Suprapto berkenalan Soedirman, seorang pemimpin muda yang memiliki pemikiran yang sama dengannya tentang bagaimana cara untuk memajukan pemuda.
Suprapto dan Soedirman pun menyumbangkan tenaga mereka di bidang yang sama.
Selain aktif dalam kegiatan sosial, Suprapto juga mengikuti latihan pemuda lain, seperti keibodan, seinendan, dan suisyintai. Ketiga hal itu adalah organisasi bentukan Jepang.
Di awal kemerdekaan, Suprapto merupakan salah satu pejuang yang berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap.
Selepas itu, ia pun bergabung menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto.
Karena kemampuannya dinilai cukup baik, Suprapto dipercayai menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian II Divisi V dan diberi pangkat kapten.
Divisi V itu dipimpin oleh Kolonel Soedirman, tokoh yang sudah ia kenal sejak zaman Jepang.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR