Tak lama setelah kemerdekaannya, Timor Leste dan Australia pun menyepakati perjanjian bagi hasil dari eksploitasi sumber minyak dan gas di kawasan Greater Sunrise.
Namun, Timor Leste menyebut kesepakatan itu tidak adil.
Pada tahun 2013, Timor Leste mengajukan kasus ke Mahkamah Arbitrase Permanen Den Haag untuk keluar dari perjanjian gas yang ditandatanganinya bersama Australia tahun 2006, setelah skandal spionase dalam perundingan perjanjian tersebut mencuat.
Penyadapan itu baru terbongkar pada 2012 dibongkar oleh Saksi K, bertahun-tahun setelah perjanjian tersebut ditandatangani.
Melansir redflag.org.au (15/8/2018), dilaporkan pada tahun 2004, Menteri Luar Negeri Alexander Downer memimpin operasi Badan Intelijen Rahasia Australia (ASIS) untuk memasang alat pendengar di kantor-kantor pemerintah Timor Leste.
Disebut, operasi itu dilakukan di bawah kedok proyek bantuan, bertujuan untuk memberi Australia keuntungan dalam negosiasi perbatasan laut baru antara kedua negara.
Penyadapan ASIS terhadap kantor pemerintah Timor Leste kemudian diketahui oleh agen yang bertanggung jawab atas operasi tersebut.
Baru pada tahun 2018, akhirnya Timor Leste dan Australia menandatangani Perjanjian Batas Maritim baru, di mana Timor Leste masih harus menunggu lebih dari setahun sampai perjanjiajn tersebut diratifikasi.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR