Izin itu dibagi dua dengan bagian yang berisi ladang Buffalo berpindah tangan ke yurisdiksi Timor Leste.
Jika pengeboran terbukti berhasil dan mereka menemukan sekitar 30 juta barel minyak, maka Timor Leste dapat mengantongi sekitar USD 450 juta selama masa proyek lima tahun, menurut Peter Strachan, seorang analis energi independen yang berbasis di Perth.
Itu didasarkan pada harga minyak USD 75 per barel dengan biaya pengembangan dipatok USD 450 juta dan biaya operasi USD 1.050 juta.
Sementara jika biaya pembangunan kurang dari USD 450 juta ($15/barel), maka pemerintah Timor Leste akan menerima lebih banyak.
Kini Timor Leste ikut menikmati hasil ladang minyak yang berada di wilayahnya tersebut.
Tetepi itu hanya apa yang disisakan Australia, karena sejak 1960-an, Australia sendiri dilaporkan telah menambang tiga ladang minyak di Laut Timor, yaitu Buffalo, Laminaria, dan Corallina, hingga habis.
Bahkan, sebelum menikmati hasil kekayaan alamnya tersebut, Timor Leste juga harus menghadapi sengketa wilayah laut dengan Australia, yang mencakup ladang minyak dan gas.
Saat itu, dengan lepasnya wilayah Timor Leste dari Indonesia pada tahun 1999 dan secara resmi jadi negara pada 2002, perjanjian Celah Timor antara Indonesia dan Australia tak berlaku lagi.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR