China dan Malaysia akan berkomunikasi dalam konsensus lebih jauh dan kerjasama lebih di tengah ancaman yang dibawa AUKUS dan bagaimana bereaksi bersama jika ketiga negara AUKUS membuat gerakan lebih jauh merusak perdamaian dan stabilitas wilayah.
Australia mengklaim kapal selam itu hanya ditenagai nuklir, bukan dilengkapi senjata nuklir, tapi ASEAN tidak percaya.
Herman Tiu Laurel, pengisi kolom untuk koran Filipina Pwersa, mengatakan kepada Global Times jika kapal selam nuklir ditenagai oleh "uranium diperkaya" yang dapat dengan cepat diubah untuk dipakai sebagai senjata.
Hal ini akan melanggar kesepakatan ZOOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality) ASEAN yang ditandatangani 1971 dan juga Kesepakatan Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Mutti Anggita, pakar nonproliferasi nuklir dan pemimpin analis untuk lembaga penelitian Jakarta mengatakan kepada media lokal jika pakta ini bisa menunjukkan langkah pertama Australia mengembangkan senjata nuklir.
Hal itu menempatkan Australia dan tetangga-tetangganya serta wilayah Asia-Pasifik berisiko menjadi situs kecelakaan nuklir, ujar Mutti.
Kepala Lembaga Keamanan Maritim Indonesia Aan Kurnia mengatakan Senin lalu pemerintah mendengar dampak langsung AUKUS adalah pasukan militer dalam jumlah besar dari negara-negara tidak berkepentingan muncul di Laut China Selatan.
Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam jalur kapal yang sudah rutin berlayar, meningkatkan risiko asuransi dan logistik sehingga biayanya naik sehingga bisa menyebabkan krisis energi dan ekonomi.
KOMENTAR