Sebuah survei World Vision terhadap lebih dari 750 rumah tangga di Pasifik dan Timor Leste di akhir 2020 menemukan bahwa satu dari lima rumah tangga telah melewatkan waktu makan atau makan makanan yang lebih murah sejak Covid-19.
Ini karena mereka tidak mampu membeli makanan yang sehat.
Situasinya bahkan lebih buruk di Asia, di mana survei World Vision terhadap 14.000 rumah tangga menemukan bahwa 50% keluarga mengandalkan makanan yang lebih murah dan kurang bergizi, 36% mengurangi porsi makanan mereka, dan 28% melewatkan waktu makan.
Berdasarkan temuan ini, hingga 85 juta rumah tangga di seluruh Asia tidak memiliki atau memiliki persediaan makanan yang terbatas.
Unsur ketiga adalah berkurangnya akses ke layanan gizi.
Telah terjadi pengurangan 40% dalam cakupan layanan nutrisi penting di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sejak pandemi, mencapai 75-100% dalam konteks penguncian.
Ini berarti bahwa banyak orang kehilangan deteksi dini dan pengobatan malnutrisi yang berpotensi menyelamatkan nyawa.
Penutupan sekolah berarti 370 juta anak kehilangan sekitar 39 miliar makanan di sekolah selama pandemi.
Bagi banyak anak, makanan sekolah adalah sumber makanan bergizi yang paling dapat diandalkan.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR