Atas dasar keyakinan inilah, para perwira militer yang loyal kepada Soekarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.
Di antaranya ada Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
Mereka didukung oleh Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI.
Rencananya mereka akan 'menculik' para jenderal dan membawanya ke hadapan Presiden Soekarno.
Sayangnya rencana itu gagal total. Persiapannya tidak matang dan para jenderal itu malah dibunuh.
Soal Soeharto, saat itu dia merupakan salah satu jenderal dan Kolonel Abdul Latief memang tidak memasukkan namanya di dalam rencana 'penculikan' yang gagal itu.
Alasannya karena Jenderal Soeharto dianggap loyal dengan Presiden Soekarno.
"Jadi tidak kami jadikan sasaran," kata Latief seperti dikutip dari buku "Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang" (2010).
Lebih dari itu, Latief bahkan melapor ke Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.
Dia sudah beberapa kali mewanti-wanti adanya upaya kudeta oleh Dewan Jenderal.
Namun sayangnya, Soeharto hanya bergeming mendengar informasi itu.
Soal di mana Soeharto berada pada malam kejadian itu, dia adalah di RSPAD Gatot Subroto.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR