Intisari-Online.com - Di bawah bayang-bayang gereja Katolik bercat putih di Ainaro, Timor-Leste, Kalistru berjalan menuruni tangga menuju jalan berdebu.
Dia hanya seorang anak laki-laki, berusia delapan tahun.
Dia tak menyangka tidak akan bisa melihat ibu atau ayahnya lagi setelah hari itu.
Saat itu tahun 1977 dan Timor-Leste sedang berperang.
Dua tahun sebelumnya pasukan Indonesia telah menyerbu dan menduduki bekas wilayah kecil Portugis.
Melansir Abc.net.au, terlalu muda untuk bergabung dengan pasukan perlawanan seperti beberapa saudaranya, Kalistru berada di sisi ibunya selama kekacauan hari itu.
Kalistru dan teman-temannya hampir tidak memperhatikan sekelompok tentara Indonesia yang menunggu di dekatnya ketika mereka meninggalkan gereja lebih awal hari itu.
Mereka terlalu sibuk bermain dengan beberapa koin saat mereka berjalan di jalan.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR