Hal itu seperti yang terungkap dalam jurnal internasional yang secara resmi diterbitkan The Nonproliferation Review pada tahun 2000, berjudul "When Soekarno Sought the Bomb Nuclear Aspiration in Mid-1960's".
Jurnal tersebut ditulis Robert M Cornejo, tentara sekaligus peneliti militer AS.
Dilaporkan, awal tahun 1960-an Presiden Soekarno berusaha menggerakan Indonesia melakukan revolusi militer untuk melawan kolonialisme dan imperalisme, yang dialamatkan ke negara barat.
Indonesia saat itu mempunyai Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang diawasi untuk mengembangkan tenaga nuklir.
Amerika pada tahun 1960-an juga membantu Indonesia mengembangkan energi atom, reaktor nuklir dibangun di bandung. Namun, kekuatannya relatif kecil hanya 250 kilowatt.
Pada 17 Oktober 1964, Indonesia memiliki reaktor nuklir pertama di Bandung.
Tetapi, sejak China sukses menguji Bom Atom pertamanya, Indonesia yang mendengar kabar itu berdecak kagum dengan China.
Kemajuan China itu membuat Indonesia merapat ke China.
Pada tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan dukungan pengetahuan atomnya untuk revolusi.
Kesuksesan China itu membuka mata dunia bahwa Asia tidak lagi mampu dikuasi oleh Barat, seperti yang diungkapkan Menteri Penerangan Roeslan Abdulghani.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR