Namun, Raptor mengalahkan F-35 serba guna yang lebih murah dan lebih fleksibel dalam pertempuran udara-ke-udara, sehingga permintaan Raptor tinggi.
Pelanggan potensial F-22 termasuk Israel, Australia, Korea Selatan, Singapura, dan Jepang.
Potensi manfaat bagi industri militer AS dan interoperabilitas yang lebih besar dengan pasukan sekutu mungkin menjadi alasan kuat bagi Washington untuk mengeksplorasi kemungkinan varian ekspor Raptor.
Membuat varian F-22 yang dapat diekspor dengan sendirinya tercatat sebagai tugas yang menantang.
Ini karena pesawat itu tidak dirancang untuk diekspor dan penuh dengan teknologi sensitif.
Pesawat itu memiliki setidaknya 3 kelompok sistem yang tidak pernah diizinkan oleh pemerintah AS untuk jatuh ke tangan sekutu sekalipun.
Pengarahan tersebut juga menyebutkan bahwa tidak ada kode sumber perangkat lunak atau dokumentasi perangkat lunak Raptor yang akan diekspor.
Sejauh ini, semua studi tentang ekspor F-22 hanya tinggal studi karena pembatasan penjualannya masih berlaku hingga saat ini.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR