Di akhir epik, majelis para dewa memuji Marduk membangun Esagila untuk menghormatinya.
Enuma elis dibacakan di depan patung Marduk selama akitu (Tahun Baru), festival terpenting di Babilonia.
Dalam upacara ini patung Marduk dan putranya Nab dibawa dari kuil Marduk di Babel ke rumah festival akitu di luar tembok kota.
Ritual yang rumit dari festival ini, sangat memengaruhi banyak teori tentang dugaan perkembangan paralel dalam kultus Israel.
Kultus dan teologi Marduk mulai berkembang selama perluasan baru budaya Babilonia di luar Babel pada periode Babilonia-Asyur Tengah.
Marduk diterima ke dalam jajaran kerajaan Asyur setelah Assur dan dewa-dewa penting lainnya.
Elaborasi Babilonia tentang teologi Marduk, memiliki konsekuensi penting dalam perjalanannya menjadi simbol perlawanan Babilonia ke Asyur.
Pada masa periode Asyur terakhir (Esarhaddon, Ashurbanipal) dan Dinasti Neo-Babilonia, dari Nabopolossar dan seterusnya, dan sekali lagi pada periode Persia Awal (Cyrus), Marduk adalah dewa utama Babel.
Karena mereka menentang tindakan opresif Nabonidus, raja Neo-Babilonia terakhir, para imam Marduk adalah mereka yang memungkinkan pendudukan damai Babel oleh Kores.
Marduk pertama kali disebutkan di Barat (Suriah- Palestina) dalam Akkadia dari Ugarit (periode Babilonia Tengah sekitar tahun 1350.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR