Intisari-Oline.com - Di salah satu titik tergelap Revolusi Kebudayaan, perselisihan politik berubah menjadi kebrutalan ekstrem di wilayah selatan Tiongkok, Guangxi, tempat ratusan manusia dimakan oleh sesama manusia.
Kabupaten Wuxuan, di Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, Tiongkok selatan, adalah kota yang tenang dengan ladang pertanian hijau yang luas.
Pada akhir 1960-an, pada puncak Revolusi Kebudayaan China di bawah Mao Zedong, Pengawal Merah dan pejabat Komunis setempat melakukan kekerasan terhadap lawan mereka.
Tetapi sejauh mana teror ini tidak akan diketahui jika bukan karena pelaporan seorang penulis Tiongkok di awal 1990-an.
Dia mengungkap tingkat kebiadaban, kebejatan, dan bahkan tindakan memakan sesama manusia yang kemudian dikenal sebagai pembantaian Guangxi.
Revolusi Kebudayaan Mao Menyebabkan Kekacauan
Pada tahun 1958, Perdana Menteri China Mao Zedong membuat program 'Lompatan Jauh ke Depan,' sebuah kampanye untuk mengubah negaranya menjadi pusat kekuatan industri.
Hasilnya adalah bencana: lebih dari 50 juta orang meninggal selama Kelaparan Besar China dan puluhan ribu lainnya mengalami bencana.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR