Vaksin produksi SII telah digunakan oleh 170 negara, diperkirakan setidaknya 65 persen anak-anak di dunia menerima satu vaksin produksi perusahaan ini.
Melansir dari DW.com, SII bersama dengan produsen vaksin lain seperti Bharat Biotech, Panacea Biotec, Sanofi Shantha Biotechnics, Biological E, Hester Biosciences, dan Zydus Cadila, memiliki kapasitas untuk memproduksi sebanyak 8,2 miliar dosis vaksin yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Tidak hanya vaksin tersebut di atas, SII juga mengembangkan vaksin meningitis murah yang didistribusikan ke seluruh Afrika.
Pada akhir tahun 2013, sebanyak 152 juta orang dilaporkan telah menerima vaksin tersebut, yang membantu memutus epidemi meningitis di 26 negara.
Kombinasi antara produksi vaksin dalam jumlah besar dengan biaya murah inilah yang menjadi nilai jual tersendiri bagi India.
Sadar bahwa dunia mungkin tidak bisa lagi bergantung pada India, melansir kompas.com, Indonesia sedang dalam perbincangan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta enam perusahaan obat untuk menjadi pusat vaksin global.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan (Menkes) Indonesia, merinci strategi ambisius tersebut dengan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 dari perusahaan yang berbagi teknologi dan mendirikan fasilitas di Indonesia.
Menurut Budi, WHO telah menunjuk Afrika Selatan sebagai lokasi pertama, maka secara logis harusnya Indonesia menjadi yang kedua.
Strategi baru WHO untuk mendistribusikan produksi secara lebih luas dan global dengan melakukan ‘pusat transfer teknologi’.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR