Mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta sendiri meminta maaf.
Dia menggambarkan keputusan itu sebagai "suara memalukan" dan mengatakan "sangat kecewa" dengan negaranya.
Apalagi setelah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan bahkan Vietnam mendukung PBB untuk resolusi Myanmar.
Peraih Nobel Perdamaian 1996 iyu menuliskannya seperti ini:
“Abstain pada kudeta militer yang kejam, abstain pada pembunuhan lebih dari 800 warga sipil, pada penahanan para pemimpin nasional terpilih, pada pembunuhan yang ditargetkan terhadap pemuda, artis, penulis, penyanyi , penari.”
Di dalam negeri, Parlemen Timor Leste telah menyetujui resolusi yang menyerukan solusi untuk krisis tersebut.
Akan tetapi Ramos-Horta mencatat bahwa perdana menteri, presiden, dan orang-orang senior dalam urusan luar negeri tidak diajak berkonsultasi mengenai pemungutan suara.
Karenanya mereka bertanya, “Siapa yang membuat keputusan?”
Memang tidak hanya Timor Leste yang abstain dalam resolusi itu.
Brunei, Laos, Thailand, dan Kamboja bergabung dengan China dan Rusia yang dalam abstain ketika 119 negara mengeluarkan resolusi yang tidak mengikat untuk membantu menghukum Jenderal Myanmar di masa depan.
Tetapi setidaknya empat negara Asia Tenggara itu sudah menjadi anggota ASEAN.
Berbeda dengan Timor Leste yang masih berharap menjadi anggota ASEAN.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR