Para peneliti telah menekankan bahwa penelitian ini tidak menguji efek antibodi terhadap varian yang lebih menular, dan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan durasi antibodi setelah suntikan ketiga.
Studi ini dilakukan oleh para peneliti di otoritas pengendalian penyakit di provinsi Jiangsu, Sinovac, dan institusi Tiongkok lainnya.
Secara terpisah, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Keunggulan dalam Virologi Klinis Thailand dari Fakultas Kedokteran Universitas Chulalongkorn di Bangkok kemarin menyarankan koktail Sinovac dan AstraZeneca yang dikembangkan bersama dengan Universitas Oxford bisa "sangat efektif".
Penelitian menunjukkan dua dosis Sinovac, yang menggunakan apa yang dikenal sebagai metode virus yang tidak aktif, dapat membantu "kekebalan meningkat ke tingkat rata-rata 100 unit".
Selain itu, jika dua dosis AstraZeneca, yang menggunakan teknik baru yang dikenal sebagai metode vektor, diberikan, sistem kekebalan menembak hingga 900 unit, klaim studi tersebut.
Dr Yong Poovorawan, direktur pusat tersebut, mengatakan kepada Phuket Times bahwa dia sedang melakukan penelitian "mendalam" tentang kemampuannya untuk memblokir setiap varian virus.
Namun demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tidak merekomendasikan penggunaan vaksin "koktail" dengan cara ini.
Pada 7 Juli, CoronaVac adalah vaksin yang paling banyak digunakan di dunia untuk melawan Covid-19.
Source | : | Daily Express |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR