Masela bukanlah sumber gas pertama Indonesia yang terancam membeku.
Di tepi Laut China Selatan yaitu Natuna, ada ladang gas Natuna D Alpha, yang ditinggalkan begitu saja.
Natuna D Alpha dulunya ditemukan oleh perusahaan Italia Eni di tahun 1973 dan diperkirakan menyimpan 46 juta kaki kubik gas yang dapat diperoleh kembali.
Meskipun raksasa migas AS ExxonMobil dan Petamina sudah membentuk tim gabungan guna mengembangkan blok Natuna di pertengahan tahun 1990-an, mereka tidak pernah berhasil mencapai dasar lautnya karena biaya tinggi memisahkan jumlah karbon dioksida yang sangat tinggi mencapai tingkat abnormal.
Shell telah menginginkan Masela sejak pemerintahan baru Jokowi bersikeras membangun fasilitas proses di darat tahun 2015 guna mengembangkan pembangunan di Indonesia timur yang masih kurang.
Padahal, Shell sudah menyiapkan teknologi pencairan gas alam mengapung (FLNG) yang pertama kali dikenalkan di lepas pantai kaya gas Australia, Shelf Barat Laut.
Menurut Shell, keputusan pengolahan di darat memberatkan karena isu teknis melibatkan pemasangan jalur pipa 180 kilometer membentang di dalam laut sedalam 3000 meter.
Pemasangan dilakukan ke fasilitas pemrosesan 9.5 juta ton yang direncanakan di Pulau Tanimbar, Maluku.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR