Mao melihat penduduknya masih bermasalah dengan hama hewan, sedangkan burung pipit dianggap menghabiskan biji-bijian dan beras.
Dia memobilisasi massa secara besar-besaan, burung ditembaki, sarangnya dirobohkan, telurnya dipecah, dan anakannya dibunuh.
Namun, Mao dikatakan tidak tahu apa-apa tentang binatang dan tidak mau membahas rencananya atau mendengarkan para ahli.
Dia hanya memutuskan bahwa 'empat hama' harus dibunuh.
Sejarawan Frank Dikötter, penulis Mao’s Great Famine mengatakan bahwa Lompatan Jauh ke Depan adalah pembunuhan massal terburuk sepanjang massa.
Benar saja, diketahui bahwa burung pipit juga memakan sejumlah serangga (bukan hanya bijibijian).
Akibatnya, hasil panen padi turun drastis akibat populasi hama belalang melonjak drastis.
Pada 1960 (dua tahun setelah kampanye dimulai) Mao mengganti burung pipit dengan kutu busuk pada daftar hama yang dilarang.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR