Tren ini berlanjut tahun ini, pihak berwenang baru direpotkan oleh turis Rusia yang mengaku "influencer" setelah ia memposting video di situs web, tunjukkan ia melompat dari dermaga dengan sepeda motor dan gadis menempel di belakangnya.
Influencer Rusia lainnya, Leia Se, dideportasi pada Mei setelah memposting rekaman video dirinya mengenakan masker bedah yang digambar di wajah untuk menipu penjaga toko setelah dia dan seorang teman sebelumnya ditolak masuk karena Se tidak mengenakan masker.
Serta dua wanita AS yang mencuit jika Bali menjadi destinasi ramah LGBTQ, yang membuat mereka ditangkap dan dideportasi karena "menyebarkan informasi yang merusuhkan warga."
Sebagian besar WNA yang dideportasi dituduh melanggar aturan publik, menambah lama visa dan menggunakan izin tinggal dengan cara yang salah, termasuk menulis informasi yang salah dalam aplikasi visa mereka.
Para turis ini tidak lagi ada di Kuta, tapi di Seminyak dan Canggu yang menjadi pantai populer untuk turis asing menikmati pantai-pantai Bali.
Akhir bulan ini rencananya wisata Bali akan dibuka kembali tapi hal itu harus diurungkan karena ledakan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia.
Ribuan orang asing terdampar tahun lalu, tetapi sementara banyak yang kembali ke negara asal mereka dengan penerbangan internasional yang jarang, yang lain memilih untuk tetap tinggal, difasilitasi oleh pihak berwenang yang simpatik yang tidak diragukan lagi melihatnya sebagai cara kecil untuk membantu menjaga ekonomi terus berdetak.
Kini yang tersisa adalah penduduk campuran, selain penduduk Bali asli, para keluarga pengungsi yang melarikan diri dari Jakarta, serta mereka yang hidup lewat warisan keluarga yang kaya raya, kesulitan karena bisnis mereka gulung tikar akibat Covid-19.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR