Intisari-Online.com - Banyak eksekusi mati yang dilakukan dengan kejam padaawal abad 20.
Salah satunya adalahmetode immurement, yang seolah membiarkan si pesakitan "menikmati" proses menuju ajal.
Metode ini membuat terpidana mati dimasukan ke ruangan kecil yang hanya cukup untuk tubuhnya.
Selanjutnya, terpidana ditutup dan dilupakan begitu saja.
Hal ini tentu akan membuat terpidana mati akan tewas perlahan karena dehidrasi, kelaparan, dan kehabisan nafas.
Dalam sejarah, konon pernah ada seorang wanita di Mongolia yang disiksa dengan metode ini.
Namun, dia bukannya dikurung dalam ruangan kecil berdinding tembok seperti yang dipraktikan pada zaman Romawi Kuno,melainkan dimasukan dalam kotak kayu yang hanya menyisakan lubang selebar leher.
Diadibiarkan mati kelaparan dan dehidrasi di bawah terik matahari.
Baca Juga: Inilah Delapan Metode Eksekusi Paling Brutal dari Sejarah Kuno, Termasuk Penyaliban
Akibatnya, tubuhnya kering kerontang dan tak bisa lagi bertahan.
Tak diragukan lagi kematian, cepat atau lambat, pasti akan datang diiringi dengan penderitaan yang tak tertahankan.
Immurement memang dikenal amat menyiksa.
Tak hanya memakai tembok cor dan kotak kayu, ada pula yang memakai peti mati.
Bentuk eksekusi ini berbeda dari dikubur hidup-hidup, di mana korban biasanya meninggal sesak napas.
Immurement jauh lebih kejam dan mencekam.
Metode eksekusi ini juga pernah dipakai hukuman untuk perempuan di Kekaisaran Romawi yang melanggar sumpah kesuciannya.
Immurement juga ditetapkan sebagai hukuman bagi perampok di Persia, bahkan hingga awal abad ke-20.
Ada juga beberapa bukti tentang dipakainya metode ini sebagai bukti praktik kurungan tipe peti mati Mongolia.
Meski metode eksekusi mati ini sudah dihapuskan, tapi sejarah kekejamannya yang gila tak bisa begitu saja dilupakan.