"Popularitas Netanyahu telah memburuk dan warga capek dengan pemilihan tanpa akhir. Likud turun dari 36 kursi tahun 2020 menjadi 30 saja pada Maret 2021," ujar Ishay.
"Upaya tanpa henti Netanyahu untuk menghindari perpecahan, pisahnya partai-partai sayap kanan, dan pandemi yang terus menghantui telah berkontribusi pada hilangnya dukungan kepadanya."
Namun konflik dengan Palestina telah menurunkan keengganan publik terhadap Netanyahu, tambahnya.
"Popularitasnya tidak diragukan lagi akan meningkat di antara para warga sebagai hasil meningkatnya ketegangan di Gaza.
"Di bawah situasi perang, orang cenderung berlindung di belakang pemerintah yang sudah ada, takut dengan roket dan ancaman internal. Karena inilah posisi Netanyahu menguat," ujar Ishay.
Meski begitu, Ishay mengatakan ia tidak percaya Netanyahu mendukung konflik dalam perhitungan politiknya, meski ada kaitan langsung dengan kekerasan melawan warga Palestina.
"Netanyahu memperbolehkan, bahkan menumbuhkan provokasi lokal melalui Kahanist di Yerusalem, pendudukan terencana di rumah-rumah Arab di Sheikh Jarrah, pemagaran Gerbang Damaskus selama Ramadhan dan aksi polisi di Al-Aqsa.
"Namun, tidak jelas apakah dia mengantisipasi dan mengharapkan tanggapan dari Hamas. Terlepas dari niatnya, perang itu menguntungkan Hamas dan Likud walau hanya dalam jangka pendek," tambah Ishay.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR