Namun menurut data bea cukai dan pengiriman, dan penemuan dari penyelidikan dua tahun oleh LSM internasional Global Witness, tampak seperti ini:
Ketika kayu jatuh misal di distrik Pomio provinsi Inggris Baru Timur, mereka dimasukkan dalam kapal kargo besar yang kemungkinan terdaftar di Panama, kemudian dalam 2 minggu kapal berlayar sebelum sampai di China.
Lebih dari 90% ekspor kayu dari Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tonga dan Vanuatu berakhir di China.
Kayu tersebut berpindah beberapa ratus kilometer berikutnya sampai Sungai Yangtze melewati pusat keuangan Shanghai dan kapal berhenti di mana sungai melebar dan mulai membelok di Zhangjiagang, zona impor komersial canggih yang menerima 75% dari impor kayu China.
Informasi publik mengenai siapa yang memiliki kayu di kapal itu sulit ditemukan.
Penyelidikan LSM Global Witness 2016 temukan bahwa 15 perusahaan bertanggung jawab untuk hampir 85% dari impor kayu Papua Nugini, meskipun beberapa hanya jadi agen bagi perusahaan lain.
Sebagian besar ekspor kayu Papua Nugini yang bernilai lebih dari 620 miliar Dolar AS tahun 2019 datang dari sewa bisnis pertanian khusus, sewa bisnis lahan yang kontroversial dan sudah dinyatakan ilegal tahun 2016 tapi berlanjut beroperasi sampai sekarang.
Banyak perusahaan China membeli dari operasi milik Malaysia SABL di Papua Nugini, dan mengirimkan kapal langsung ke pabrik atau distributor mereka.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR