Intisari-Online.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu semakin diserukan untuk lengser.
Sebelumnyadiagagal membentuk pemerintahan koalisi yang layak dan terpaksa mengadakan pemilihan keempat dalam waktu kurang dari dua tahun, yang diadakan pada bulan Maret.
Masalah lain muncul ketikapartai sayap kanan tidak ingin dia tetap di posisinya.
Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan memperlihatkan perpecahan dalam struktur negara pendudukan itu.
PadahalBenjamin Netanyahu dikenal dalamdalam sejarah sebagai pemimpin Israel yang paling menonjol.
Bahkan mungkin lebih dari pendiri proyek Zionis seperti David Ben Gurion.
Dilansir dari middleeastmonitor.com pada Selasa (8/6/2021), strateginya sederhana dan didasarkan pada visi Zionis Israel di seluruh Palestina dan sebagian besar negara-negara Arab di sekitarnya.
Pencaplokan Tepi Barat, termasuk Lembah Yordan, masih menjadi agendanya, sesuatu yang tidak dapat dicapai Ben Gurion.
Namun, ternyata lawan politiknya memiliki ide yang berbeda.
Di mana mereka bersatu karena ketidakpercayaan mereka terhadapSang Perdana Menteri yang sudah 12 tahun memimpin.
Nyatanya tak hanya pejabat Israel yang inginNetanyahu mundur. Warga Israel juga ingin dia dihukum atastuduhan korupsi.
Dan itu bukanlah kali pertama terjadi.
Selama setahun terakhir,protes terhadapnya telah berlangsungdi Israel,terlepas dari semua keuntungan yang dia dapatkan untuk Israel.
Termasuk perubahan konstitusi, undang-undang yang menegaskan Yahudi, hinggamelegalkan pemukiman di hadapan hukum internasional.
Netanyahu juga berhasil mengatur perekonomian Israel yang defisit akibat pandemi virus corona.
Anehnya, semua keuntungan itu tetap membuat popularitasnya turun drastis.
Ini semuakarena dakwaan korupsi dan penipuan, yang membuatnya menjadi Perdana Menteri pertama yang menghadapi pengadilan pidana selama masa jabatannya.
Apakah hanya korupsi yang menjatuhkan Netanyahu atau adakah alasan lain?
Ternyatakegagalannya untuk keluar dari serangan militer terhadap warga sipil di Jalur Gaza dengan kemenangan yang jelas mempercepat berakhirnya karier politiknya.
KegagalanNetanyahu itu lantas dimanfaatkansaingannya, Yair Lapid, ketua partai Yesh Atid.
Lapid ditugaskan oleh Presiden Israel untuk membentuk pemerintahan setelah Netanyahu gagal melakukannya.
Padahal serangan terbaru di Jalur Gaza dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari masalah pribadi dan politiknya.
Namun, dia terkejut dengan kemampuan perlawanan Palestina, terutama misil Hamas yang mampu melawan Israel.
Bahkan sistem pertahanan rudal Iron Dome yang banyak dipuji bukanlah penghalang.
Singkatnya, Netanyahu melancarkan serangan habis-habisan selama11 hari tanpa mencapai tujuannya.
Dia dipaksa untuk mendeklarasikan gencatan senjata tanpa syarat.
Ini bukan hanya pukulan serius baginya, tetapi juga peluang emas bagi lawan politiknya untuk membuatnya kalah.