Intisari-Online.com - Selama dua minggu terakhir, kekerasan di Palestina telah menarik perhatian seluruh dunia.
Serangan udara hingga bom dari Israel meledak terus menerus di wilayah Jalur Gaza.
Sebelumnya bahkan kekerasan telah terjadi di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem.
Baca Juga: 47 Anak Palestina Tewas, Benjamin Netanyahu: Bukan Salah Israel, Itu Salah Hamas
Dilansir dari essence.com pada Senin (17/5/2021), sejak berdirinya Israel pada tahun 1948, orang-orang Palestina telah menolak penggusuran, pembersihan etnis, dan Zionisme di tanah yang mereka tinggali selama berabad-abad.
Jangan salah, ini bukanlah hanya konflik antara dua sisi yang sama atau perselisihan agama kuno.
Tapi itulah yang kita percayai dari media dan pejabat pemerintah.
Padahal konflik Israel-Palestina lebih dari itu.
Pada 2009, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelidiki Israel.
Baca Juga: Ada Pertumpahan Darah, Begini Detik-detik Menjelang Hari Kemerdekaan Timor Leste
Penyelidikan itu sampai pada kesimpulan bahwa negara itu melakukan kejahatan perang terhadap Palestina.
Dan tak sampai disitu. Ada kenyataan bahwa Amerika Serikat (AS) terlibat dalam penciptaan.
Ini karena kekerasan ini disetujui dan didanai oleh pemerintah AS.
Dalam perjanjian 2016, diputuskan bahwa AS akan membantu Israel dengan memberikan negara itu 38 miliar Dolar AS selama satu dekade (3,8 miliar Dolar AS per tahun).
Tujuannya untuk membantu menjadikan militer negara itu menjadi salah satu yang paling kuat di dunia.
Perjuangan rakyat Palestina untuk martabat dan rasa hormat, di tengah campur tangan AS dalam pemerintahan mereka, membuat hidup mereka dipertaruhkan.
Padahal rakyat Palestina tidak meminta banyak.
Mereka hanya butuh tempat layak huni dan keamanan nasional untuk hidup mereka sehari-jari.
Tapi negara mereka malah dijadikan medan perang dan membuat mereka begitu menderita.
Ini dibuktikan dengan bagaimana pasukan AS dan Israel bekerja sama dan berlatih untuk mengawasi, melecehkan, dan membunuh rakyat Palestina secara lebih efektif.
Lalu bagaimana AS telah menggunakan uang pajak untuk mendukung perang dan upaya genosida di Palestina, Kolombia, dan sekitarnya.
Baca Juga: Hamas Belum Juga Binasa, Benjamin Netanyahu: Israel Akan Terus Menyerang Jalur Gaza
Selain itu, uang pembayaran pajak juga digunakan untuk melemahkan gerakan dan orang-orang yang berkomitmen pada kebebasan alih-alih untuk kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan keuangan langsung komunitas.
Simpati untuk Palestina pun semakin dalam.
Gerakan pembebasan kulit hitam, seperti Partai Black Panther dan Gerakan Seni Hitam, bahkan bekerja dengan Palestina dalam memperjuangkan masa depan yang bebas.
Selain itu, kaum radikal lama, seperti Angela Davis telah berbicara tentang perlunya Palestina menjadi negara bebas yang tidak dibatasi oleh penindas.
“Aktivis Palestina telah lama mendukung perjuangan orang kulit hitam melawan rasisme,” kata Angela Davis dalam acara Democracy Now! spesial selama musim panas 2020.
“Saat saya di penjara, solidaritas yang datang dari Palestina adalah sumber keberanian utama bagi saya."
"Kami memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendukung perjuangan Palestina."
Terakhir, diharapkan semua negara mau berhenti berbuat kekerasan dan lebih menomorsatukan keamanan bersama.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR