Rumah-rumah yang dibangun pun mengikuti gaya rumah Jawa lengkap dengan kebudayaan Jawa.
Akibatnya pada tahun 1977 memuncaklah amarah suku Amungme dan enam suku lain yang berubah menjadi perlawanan terbuka.
Konflik dimulai dengan suku asli memotong pipa penyalur bijih tembaga, membakar gudang, dan melepaskan kran tangki persediaan bahan bakar milik Freeport.
Kejadian ini pun terdengar sampai Jakarta, dan Soeharto segera mengerahkan TNI yang saat itu bernama ABRI untuk menertibkan keadaan.
“Kebun dan rumah-rumah dihancurkan, sejumlah orang dibantai. Pemerintah mengumumkan jumlah orang yang meninggal di Tembagapura sebanyak 900 orang. Para saksi lapangan memperkirakan dua kali lipatnya,” tulis Harsutejo dalam Kamus Kejahatan Orba.
Mereka yang berhasil melarikan diri memilih tinggal di hutan sekitar Lembah Tsinga selama tiga tahun.
Mereka pun dipandang pengacau dan kelompok separatis seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sampai saat ini rasa tidak ingin jadi minoritas inilah yang sebabkan tumbuh rasa nasionalisme di rakyat Papua yang menyebabkan mereka ingin merdeka dari Indonesia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR