Namun, komentar baru-baru ini dari Washington menyarankan setiap perubahan kebijakan untuk membantu Taiwan akan mengakibatkan kerugian yang signifikan.
Kurt Campbell, Koordinator Gedung Putih Asia, mengatakan kepada Financial Times bahwa setiap perubahan kebijakan berisiko.
“Ada beberapa kerugian yang signifikan. Misalnya kejelasan strategis," kata Campbell.
“Cara terbaik untuk menjaga perdamaian dan stabilitas adalah dengan mengirimkan pesan yang benar-benar terkonsolidasi yang melibatkan diplomasi, inovasi pertahanan kepada kepemimpinan China."
"Sehingga mereka tidak memikirkan serangkaian langkah provokatif yang ambisius dan berbahaya di masa depan."
Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (6/5/2021), AS sebelumnya telah turun tangan untuk membela Taiwan, selama krisis Selat Taiwan ketiga pada tahun 1995 dan 1996.
Presiden Clinton memerintahkan kehadiran kelompok penyerang kapal induk Angkatan Laut AS di Taiwan untuk mencegah bentrokan.
Ini terjadi setelah China menembakkan rudal ke Taiwan yang mendarat beberapa mil dari pantai.
Kehadiran armada AS saja sudah cukup untuk membuat China mundur.
Namun, karena militer China mengalami modernisasi yang signifikan, pasukan AS mungkin tidak cukup untuk mencegah serangan di masa depan.
Di sisi lain, jika AS terus membantu China, maka akan muncul persepsi bahwa AS bertekad untuk membatasi kebangkitan China.
Termasuk melalui kekuatan militer dan mungkin akan menyebabkan Beijing secara agresif merusak kepentingan AS di seluruh dunia.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR