Kiki yang sudah ditugaskan sebagai komandan koramil saat itu bertanggung jawab aktif mengatur dan mengawasi para pengungsi yang melintasi perbatasan.
"Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan adalah pemeriksaan para pengungsi, apakah mereka membawa senjata tajam atau senjata api.
"Karena para pengungsi dari Timor Portugis ini tidak bisa berbahasa Indonesia, komunikasi dengan mereka hanya bisa dilakukan dalam bahasa Tetun.
"Memang ada anak buah saya yang berasal dari Atambua dan bisa berbicara langsung dengan para pengungsi dalam bahasa Tetun.
"Namun tentu jauh lebih baik jika saya mengerti apa yang mereka percakapkan sehingga tidak kecolongan.
"Dalam situasi seperti inilah saya sungguh-sungguh merasakan manfaat bahasa Tetun," kenang Kiki di halaman 23.
Rupanya memang dalam pemeriksaan itu banyak pengungsi tertangkap membawa senjata api pistol atau revolver dari berbagai jenis dan merek.
Kebebasan memiliki senjata api memang ada di Timor Portugis saat itu.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR