Di pihak Israel, orang-orang hidup kembali normal, ekonomi dibuka, memungkinkan orang-orang dengan sertifikat vaksinasi masuk ke Gym, restoran, tempat pertunjukan.
Hal itu dibarengi dengan merosotnya angka infeksi dan rawat inap, sebuah surplus dari vaksinasi.
Sementara di pihak Palestina, vaksin minimal, rumah sakit kewalahan, ekonomi dalam krisis, termasuk 100.000 pekerja Palestina dengan izin kerja Israel di bawah Israel, akhirnya baru di vaksinasi.
Palestina baru menerima 4% vaksin dari 5 juta orang Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan jalur Gaza yang diduduki.
Selain itu, perbedaan ini terlihat jelas pada hasil kesehatan antara penduduk Israel dan Palestina, meskipun mereka semua tinggal di wilayah yang dikuasai oleh negara Israel.
Orang Israel, rata-rata, hidup sepuluh tahun lebih lama dari seorang Palestina.
Bahkan warga Palestina di Israel memiliki harapan hidup rata-rata yang lebih pendek daripada warga Israel Yahudi.
Kematian bayi , penanda standar global kinerja sistem kesehatan, lima kali lebih tinggi di Palestina daripada Israel.
Ketidakseimbangan yang mencolok ini hampir seluruhnya buatan manusia.
Pengukuhan pendudukan dan lamanya blokade mempengaruhi setiap faktor penentu sosial kesehatan, termasuk meningkatnya trauma psikologis, risiko kesehatan lingkungan, ketidakamanan pangan dan air, hingga akses yang tidak memadai ke fasilitas perawatan kesehatan yang berkualitas.
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR