Kedatangan Alberto telah ditunggu kerumunan keluarga besarnya di Dili.
Sebagian dari mereka rela bertolak dari desa ke Dili dalam perjalanan yang memakan waktu selama tujuh jam, demi bertemu Alberto.
Ketika kaki Alberto turun dari tangga pesawat dan menyentuh aspal bandara, dia langsung berlutut dan berdoa.
Keluarga besar Alberto mengelilinginya. Semua ingin bertemu dengan anak mereka yang telah puluhan tahun hilang, bahkan dianggap sudah tiada. Tangis haru mewarnai pertemuan itu.
Alberto berulang kali mengucapkan, "Saya tidak percaya berada di sini."
Alberto merupakan salah satu anak Timor Leste yang punya kisah memilukan itu.
Diyakini semua keluarga di negara kecil Timor Leste sedikitnya telah kehilangan satu anak akibat perang.
Kematian menjadi sesuatu yang wajar di Timor Leste dari masa itu, tapi kembalinya anak yang hilang bukan sesuatu yang lumrah.
Kembalinya anak-anak Timor Leste ke tanah kelahirannya dimungkinkan berkat upaya kelompok HAM Indonesia, AJAR, dengan dukungan Komnas HAM, Kementerian Luar Negeri RI, serta pemerintah Timor Leste.
Komisi pencari kebenaran Timor Leste, CAVR, memperkirakan ada sekitar 4.000 anak Timor Leste yang dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka antara 1975 sampai 1999 akibat militer Indonesia, pemerintah Indonesia, atau organisasi keagamaan. Mereka disebut anak yang dicuri.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR