Nusaibah menerima banyak luka dalam pertempuran itu sendiri.
Nabi melihat ini dan Dia berseru kepada putranya, "Ibumu! Ibumu! Jagalah luka-lukanya, semoga Allah memberkatimu dan seisi rumahmu! Ibumu telah berperang lebih baik dari ini-dan-itu."
Ketika Nusaibah mendengar apa yang dikatakan Nabi Muhammad, dia berkata, "Berdoa kepada Allah agar kami dapat menemani Anda di surga."
Dia berkata, "Ya Allah, jadikan mereka teman saya di surga, Saya tidak peduli apa yang menimpa saya di dunia ini."
Partisipasi Nusaybah dalam pertempuran tidak berhenti sampai di situ.
Dia hidup melalui pemerintahan Abu Bakar Al Siddique, dan Umar bin Al-Khattab.
Dia dihormati oleh keduanya yang terus-menerus memuji perjuangan dan keberaniannya.
Dia hadir dalam berbagai kesempatan, termasuk Perjanjian Aqabah, Hudaybiyah, serta pertempuran Khaybar, dan Hunayn.
Di bawah kepemimpinan Abu Bakar, dia bertempur dengan gemilang di Al-Yamamah, mendapat 11 luka dan juga kehilangan tangannya (saat ini dia berusia 60 tahun!).
Keberaniannya di medan perang juga diimbangi dengan keteguhannya dalam iman.
Dua putranya - Abdullah dan Habib - menjadi martir perjuangan Islam.
Ada pertemuan lain yang perlu diperhatikan.
Suatu ketika Nusaibah mengatakan kepada Nabi bahwa dia tidak mengerti mengapa Alquran yang Mulia hanya menyebut laki-laki, dan bahwa perempuan tampaknya tidak dianggap penting.
Nusaibah wafat pada tahun ke-13 Hijriah dan dimakamkan di Al Baqi di Makkah.
Warisannya adalah bukti kekuatan dan keberanian wanita Muslim saat Islam menyebar ke seluruh wilayah.
Kisah-kisah ini juga berfungsi untuk menghilangkan kesalahpahaman bahwa Islam itu menindas atau tidak menghormati perempuan.
Penting bagi kami untuk menyebarkannya kepada Muslim dan non-Muslim juga.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR