Saksi mata serangan itu mengatakan mayat demonstran yang tewas dan terluka ditumpuk di atas satu sama lain di pagoda dan sekolah terdekat.
"Mayat dan orang yang terluka diseret oleh [pasukan]," kata seorang pria kepada Myanmar Now.
Bahkan militer Myanmar pun menghalang-halangi upaya tim medis untuk memberikan pertolongan kepada para korban luka tersebut.
Namun, kekejian itu belakangan malah dianggap tidak seberapa dibandingkan dengan penggunaan senjata mematikan oleh militer Myanmar.
Mereka diyakini telah menembakkan granat senapan ke pengunjuk rasa di kawasan dekat kota Yangon pada hari Jumat (9/4).
Serangan dengan granat inilah yang telah menewaskan lebih dari 80 orang menurut Association for Political Prisoners (AAP) dalam artikel yang dimuat Reuters, Minggu (11/4).
Rincian korban tewas di kota yang bernama Bago tersebut belum tersedia karena pasukan keamanan menumpuk mayat korban di kompleks pagoda Zeyar Muni dan menutup daerah tersebut, menurut saksi mata dan media domestik.
Menurut pemberitaan AAP dan Myanmar Now setidaknya 82 orang tewas selama protes terhadap kudeta militer yang berlangsung sejak 1 Februari 2021.
KOMENTAR