Intisari-Online.com - Militer China telah mulai menginvasi Taiwan sejak beberapa bulan terakhir.
Invasi itu dilakukan dengan berbagai cara.
Di antaranya lewat pesawat tempur, jet tempur, hingga pesawat pembom.
Sementara Taiwan tidak banyak membalas. Hanya mempersiapkan beberapa serangan udara.
Melihat hal itu, China juwawa.
Dilansir dari express.co.uk pada Minggu (11/4/2021), militer China menyatakan bahwa militer Taiwan tidak akan memiliki kesempatan jika China memilih untuk mencaplok pulau itu dengan paksa.
Pernyataan itu dikayakan oleh seorang analis militer yang memilih untuk tidak disebutkan namanya mengatakan kepada outlet media yang dikelola pemerintah China, Global Times pada hari Jumat.
Ancaman datang ketika militer China, di mana PLA melakukan gelombang serangan ke wilayah udara dan laut Taiwan.
"Latihan PLA tidak hanya sebagai peringatan."
"Tetapi juga menunjukkan kemampuan nyata dan mempraktikkan penyatuan kembali pulau secara pragmatis, jika itu yang terjadi."
Sebelumnya, drone militer terlihat mengelilingi Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan.
Kepala Penjaga Pantai Taiwan Lee Chung-wei mengatakan jika drone mendekati pulau itu, mereka akan ditembak jatuh.
China memang telah menunjukkan kemarahannya ke Taiwan. Bahkan PLA sangat berani dalam beberapa pekan terakhir.
Bahkan PLA mengirim kapal induk Liaoning disertai dengan lima armada kapal lainnya menuju Pasifik melalui jalur air taktis yang menghubungkan Taiwan dengan Jepang.
Pesawat China juga melanggar zona identifikasi pertahanan udara barat daya Taiwan yang menyebabkan delapan jet tempur dan dua pesawat lainnya memasuki wilayah negara yang berdaulat.
Melihat Taiwan diobok-obok China, Amerika Serikat (AS) langsung memberikan dukungannya.
Caranya dengan seorang duta besar berkunjung ke Taiwan dan China menanggapinya sebagai ancaman dan peringatan.
Tak sampai disitu, USS John McCain transit di perairan internasional di Selat Taiwan sebagai bagian dari operasi kebebasan navigasi untuk menggugat klaim China di Laut China Selatan yang telah diklaim 90 persen sebagai bagian dari wilayahnya.
“Kami tidak melakukan Operasi Kebebasan Navigasi di seluruh dunia," kata John Kirby, juru bicara Pentagon.
"Tapi kami hanya melakukannya jika ada peristiwa tertentu atau tindakan spesifik dari negara lain."
"Yang jelas kami memegang hukum internasional dan kebebasan bahwa semua negara," tutupnya.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR