Akibatnya pada Desember 2019, Indonesia mengirimkan pesawat tempurnya untuk berpatroli di kawasan tersebut karena kehadiran kapal-kapal China.
Bahkan Presiden Indonesia Joko Widodo juga datang ke sana untuk menegaskan tekad Indonesia atas Natuna.
Pada Januari tahun ini, kapal China kembali muncul di perairan Indonesia.
Dilaporkan kapal tidak menyalakan perangkat navigasinya dan bertindak mencurigakan.
Kedatangan kapal China itu terjadi ketika China mendeklarasikan perairan di sekitar Kepulauan Natuna sebagai tempat penangkapan ikan tradisionalnya, dan menawarkan untuk siap menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi bilateral.
Tapi pemerintah Indonesia menegaskan bahwa klaim China tidak berdasar dan tidak punya alasan untuk bernegosiasi.
Menurut para ahli, China menargetkan perairan di sekitar kepulauan Natuna Indonesia dengan alasan wilayah ini tumpang tindih dengan apa yang disebut ZEE dari Kepulauan Spratly Vietnam yang diduduki China.
Indonesia juga menegaskan bahwa mereka tidak mengakui Nine Dash Line atau 9 Garis Putus-putus yang diklaim China secara sepihak di Laut China Selatan.
Walau begitu, pejabat pertahanan Indonesia pernah menyebutkan skenario terburuk jika China yang mengirim pasukan untuk mendarat di Kepulauan Natuna.
Itu sebabnya Indonesia terus menerus mengerahkan kapal perang, pesawat tempur, dan peralatan pengintai untuk berpatroli di sekitar wilayah mereka.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR