"Ada banyak permintaan (untuk nikel hijau) dari baik perusahaan EV China atau negara lain.
"Namun ada juga banyak tekanan dari pemerintah, contohnya China, untuk mengurangi emisi karbon dioksida," ujar Ye saat webinar yang diprakarsai Klub Koresponden Luar Negeri Jakarta.
Elon Musk, CEO Tesla, tahun lalu mengatakan perusahaannya akan memberikan "kontrak raksasa" untuk pembuat baterai yang dapat menyediakannya dengan nikel ramah lingkungan.
Indonesia sudah menargetkan untuk mendapatkan kontrak itu.
Nikel kembali dicari berkat pasar EV tapi juga karena AS dan negara lain mencari cara mengamankan rantai suplai logam penting itu, mengurangi ketergantungan pada satu penyuplai saja.
Indonesia sendiri memiliki sumber daya nikel terbesar di dunia yang diharapkan bertahan lebih dari 30 tahun.
Indonesia dulunya adalah produsen nikel terbesar sampai mendapat larangan ekspor bijih nikel tahun lalu untuk mengembangkan rantai suplai yang lengkap.
Kini tantangan yang dimiliki Indonesia adalah kurangnya dana, kemampuan dan teknologi yang diperlukan untuk mengembangkan sektor nikel, ujar Lin Che Wei, pendiri firma peneliti di Indonesia, Independent Research and Advisory Indonesia.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR