Smelter itu akan berada dekat pembangkit listrik hidropower 11 ribu megawatt di provinsi Kalimantan Utara, yang saat ini sedang dibangun oleh perusahaan konstruksi energi China PowerChina dan perusahaan Indonesia Kayan Hydro Energy.
Fase pertama proyek pembangkit listrik hidropower itu diharapkan selesai pada 2025 mendatang.
Namun tambang Australia Fortescue Metals, salah satu penyumbang penting bijih besi Australia ke China, menjelaskan mereka tidak bekerjasama dengan Tsingshan untuk membangun estate industri baru, terutama pabrik smelter.
Alih-alih membantu China, melalui anak perusahaannya, Fortescue Future Industries, mereka akan membantu pemerintah Indonesia membangun lebih banyak proyek energi hijau seperti hidropower negara dan sumber geothermal.
Sesuai kesepakatan yang disepakati kedua negara tahun lalu, Fortescue Future Industries mengatakan akan melakukan studi kecocokan untuk mengembangkan lebih banyak proyek hijau bebas karbon.
Perusahaan itu juga akan membangun pembangkit listrik geothermal 25 Gigawatt (GW) dan pembangkit listrik 60 GW di Papua dan Kalimantan Timur dan Utara.
Proyek-proyek ini akan menguntungkan lebih banyak bisnis lokal dan rantai suplai mereka serta mendulang ekspor Indonesia, klaim perusahaan Australia itu.
"FFI berupaya mengambil posisi pemimpin dalam energi hijau dan industri produk hijau, menguatkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja saat kita berpindah dari bahan bakar fosil," ujar CEO Fortescue Future Industries di This Week in Asia.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR