Intisari-Online.com - Desas-desus telah beredar selama beberapa generasi tentang binatang raksasa berbahaya yang bersembunyi di semak lebat hutan hujan Amazon di Amerika Selatan.
Sekilas, ia terlihat seperti kera, atau mungkin kukang raksasa.
Ia bergerak lambat, tetapi, setelah diperiksa lebih dekat, bukan berarti ia hean pemalas.
Binatang raksasa itu tingginya setidaknya lebih dari 2 meter dengan bulu kemerahan kusut dan cakar panjang yang melengkung ke dalam saat ia merangkak dengan empat kaki.
Biasanya ia tetap rendah di tanah, tetapi ketika berdiri, ia memperlihatkan mulut menganga di perutnya yang cukup besar untuk memakan makhluk apa pun yang melintasi jalurnya.
Selama bertahun-tahun, ia dijuluki "mapinguari", yang berarti "hewan mengaum" atau "binatang buas".
Binatang buas yang mengaum ini mengembara di hutan Amerika Selatan, merobohkan semak dan pepohonan dengan cakarnya yang kuat dan meninggalkan jejak kehancuran saat mencari makanan.
Mapinguari: Fakta atau Fiksi?
Meskipun keberadaan mapinguari umumnya dianggap sebagai cerita rakyat atau sekedar legenda urban lainnya, terdapat beberapa bukti ilmiah bahwa cerita ini didasarkan pada kenyataan.
Deskripsi tersebut secara longgar cocok dengan deskripsi kungkang tanah raksasa, spesies kungkang seukuran gajah, yang secara resmi disebut "Megatherium."
Ia hidup di Amerika Selatan hingga akhir era Pleistosen.
Para ilmuwan telah menemukan fosil yang berasal dari lebih dari 11.000 tahun yang lalu milik kungkang raksasa Megatherium.
Meskipun sekarang sudah punah, beberapa orang percaya mereka sebenarnya masih hidup jauh di dalam hutan hujan Amazon.
Sementara Megatherium adalah vegetarian, mapinguari dikatakan sebagai makhluk karnivora.
Ia menyerang sapi dan hewan besar lainnya dengan cakar serta gigi tajamnya untuk memakannya.
Tidak ada laporan terbaru tentang mapinguari yang pernah menyerang seseorang, tetapi mereka yang mengaku telah melihatnya secara langsung mengatakan ada satu tanda peringatan besar bahwa mapinguari mendekat: bau mereka.
Mapinguari mengeluarkan aroma busuk, yang cukup untuk mengingatkan siapa pun di sekitar bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Mapinguari juga dikatakan memiliki keengganan terhadap air, sehingga mereka cenderung tinggal di hutan yang tanahnya tetap kering.
Penampakan Mapinguari
Dr. David Oren, mantan direktur penelitian di Goeldi Institute, memimpin ekspedisi ke Amerika Selatan untuk mencari petunjuk bahwa penampakan tersebut mungkin tidak hanya didasarkan pada legenda urban.
Namun hingga saat ini belum ada bukti nyata.
Dr Oren mengaku tidak menemukan bukti dan tetap yakin bahwa itu tidak lebih dari mitos.
“Sangat jelas bagi saya bahwa legenda mapinguari didasarkan pada kontak manusia dengan kungkang tanah yang terakhir."
"Kita tahu bahwa spesies yang punah dapat bertahan sebagai legenda selama ratusan tahun."
"Tapi apakah hewan seperti itu masih ada atau tidak adalah pertanyaan lain, yang tidak bisa kami jawab, ” katanya kepada New York Times pada 2007.
Namun, ratusan orang telah melaporkan penampakan tersebut.
Lucas Karitiana, seorang anggota suku Karitiana di Brazil, bersikeras bahwa putranya menemukan seekor mapinguari di hutan.
Meskipun dia lolos tanpa cedera, seluruh arearusak parah “seolah-olah sebuah batu besar berguling dan merobohkan pepohonan serta tanaman merambat.”
Apa pun kebenarannya, legenda itu tampaknya tidak akan hilang dalam waktu dekat.
(*)