Kopassus dibangun dengan keahlian Amerika meskipun AS menyadari
peran pasukan tersebut dalam genosida sekitar 200.000 orang pada tahun-tahun setelah invasi Timor Timur pada tahun 1975, dan dalam serangkaian pembantaian dan penghilangan di Timor Leste.
Amnesty International menggambarkan Kopassus sebagai pihak yang 'bertanggung jawab atas beberapa pelanggaran hak asasi manusia terburuk dalam sejarah Indonesia' itu.
Dikatakan bahwa dokumen Pentagon diperoleh oleh East Timor Action Network yang berbasis di AS dan anggota kongres Illinois Lane Evans, merinci setiap latihan dalam program pelatihan rahasia, yang dilakukan di bawah proyek Pentagon yang disebut JCET (Joint Combined Education and Training).
Mereka menunjukkan pelatihan itu dalam keahlian militer yang hanya bisa digunakan secara internal melawan warga sipil, seperti perang gerilya perkotaan, pengawasan, kontra-intelijen, penembak jitu, dan 'operasi psikologis'.
Komandan khusus yang dilatih di bawah program AS telah dikaitkan dengan kekerasan di Timor Leste tahun 1999 dan beberapa pembantaian terburuk dalam 20 tahun pendudukan Bumi Lorosae, termasuk pembantaian di Kraras pada tahun 1983 dan di Santa Cruz pada tahun 1991.
Dikutip The Guardian, komandan yang dilatih AS termasuk menantu laki-laki mendiang diktator Jenderal Suharto, Prabowo Subianto, dan mentornya, Jenderal Kiki Syahnakri.
Program rahasia yang diungkapkan dalam dokumen itu menjadi fokus pelatihan militer ketika bantuan AS dibatasi oleh Kongres setelah pembantaian Santa Cruz.
Kongres telah turun tangan setelah sekitar 270 pengunjuk rasa damai, yang banyak dari mereka anak sekolah dibunuh oleh pasukan kejutan Kopassus saat mereka berpawai melalui Dili.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR