Cukup bisa dipercaya, karena istri Goering juga orang Jerman, dan seluruh keluarga berbicara bahasa Jerman di rumah mereka.
Sementara, Herman Göring, tidak pernah menyebutkan memiliki kerabat di Amerika, tetapi tidak seorang pun di AS yang mengetahui hal ini.
Mereka hanya tahu tentang reputasi hebat sang petarung, yaitu bahwa dalam Perang Dunia I, dia pernah menjadi jagoan petarung dan komandan terakhir Jagdgeschwader 1, sayap tempur yang pernah dikomandai oleh Baron Merah yang terkenal.
Pada 1940 Göring telah menjadi Reichsmarschall Reich Ketiga, komandan tertinggi semua angkatan bersenjata Jerman.
Sementara itu, di AS, setelah serangan Pearl Harbor, putra Karl Goering, Werner, segera mendaftar untuk turut mengabdi negaranya dalam perang.
Meskipun ia telah lulus paling rendah di kelasnya di sekolah menengah, Werner menerapkan semangat baru dan kerja keras untuk tugas yang ada, dan lulus tes Angkatan Udara AS untuk memenuhi syarat pelatihan penerbangan.
Pada tahun 1943, ia ditempatkan di kokpit B-17 Flying Fortress, pembom berkekuatan 4.800 tenaga kuda yang dapat membawa dua setengah ton bahan peledak dan mencapai kecepatan lebih dari tiga ratus mil per jam.
Bukan prestasi yang buruk untuk mantan pemalas sekolah menengah.
Tentu saja, mantan pemalas bukanlah satu-satunya hal yang dimiliki Werner Goering.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR