Intisari-Online.com - Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat (AS) selalu menempati peringkat ke-1 sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Hal itu terbukti dari jumlah pasukan, jumlah senjata, anggaran militer, hingga teknologi militer.
Sementara China harus berpuas diri berada diperingkat ke-3.
Walau begitu, militer China digadang-gadang mampu mengalahkan AS dalam pertempuran perang pertama di Laut China Selatan.
Ini dikarenakan China memiliki keunggulan atas AS dalam potensi konflik di Asia-Pasifik.
Hal itu disampaikan oleh Lyle Goldstein, profesor riset di Institut Studi Maritim China Naval War College seperti dilansir dari express.co.uk pada Sabtu (6/3/2021).
Dia mengatakan AS kemungkinan akan kalah dalam pertarungan pertama dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Bagaimana bisa?
Diketahui Washington dan Beijing telah berulang kali meningkatkan ketegangan dengan latihan angkatan laut di perairan Asia yang disengketakan selama setahun terakhir.
Sementara China marah atas dukungan AS terhadap Taiwan dan kehadirannya di Laut China Selatan.
Goldstein menjelaskan bahwa kemarahan itu sangat masuk akal dan memperingatkan bahwa AS mungkin tidak memiliki jaminan kemenangan di fase pertama.
Dia mempunyai banyak skenario konflik antara AS dan China. Dan semuanya sangat bervariasi.
Walau begitu, semua skenario konflik itu sangat menantang bagi Washington.
"Saya pikir China sekarang memiliki kekuatan yang memadai," kata Goldstein.
"Itu termasuk kekuatan udara, rudal, peperangan elektronik, angkatan laut, bawah laut, dan nuklir."
"Semua keuntungan itu kemungkinan mereka menang di fase pertama dan mungkin juga di fase berikutnya ."
Bahkan Goldstein mengatakan persenjataan China tak kalah bagus. Sehingga bisa memberikan keunggulan mereka atas AS.
Ada tiga alasan utama mengapa China memiliki keunggulan atas AS.
Pertama, geografi yang menguntungkan.
Kedua, kemauan yang lebih besar, dan
Ketiga kemauan untuk menyerang lebih dulu.
Goldstein kemudian merujuk pada titik utama ketegangan AS dan China, termasuk Taiwan dan Laut China Selatan.
Menurutnya semua konflik itu menguntungkan bagi China.
Hal senada diungkapkan James E. Fanell, pensiunan kapten Angkatan Laut AS yang menjabat sebagai direktur Intelijen dan Operasi Informasi untuk Armada Pasifik AS.
Dia juga mengatakan bahwa China telah mengejar kekuatan militer AS.
“Selama dua dekade terakhir, militer China telah mengubah keseimbangan kekuatan militer di seluruh Indo-Pasifik."
"Bahkan jumlah kapal perang dengan kecepatan empat banding satu."
"Di mana PLA telah menempatkan kapal induk AS dalam risiko hancur lebur oleh rudal balistik anti-kapal induk China, DF-21D dan DF-26," tutup Fanell.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR