Selanjutnya, pemerintahan militer yang secara resmi dikenal sebagai Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Ketertiban (NCPO) menangguhkan konstitusi dan memilihnya sebagai perdana menteri negara pada 21 Agustus 2020.
Prayut memberlakukan konstitusi sementara yang memberi kewenangan pemerintah militer untuk berkuasa secara bebas.
Pasal 44 dari konstitusi memastikan kewenangan absolutnya untuk mengeluarkan perintah terhadap aktivitas apa pun yang dianggap pemerintah sebagai ancaman terhadap ketertiban, keamanan nasional, atau monarki.
Bersama dengan pembatasan pada kebebasan sipil, media, dan perbedaan pendapat, Prayut mengambil langkah untuk mengubah citranya menjadi seorang pemimpin yang baik hati.
Ia menulis lagu berjudul "Kembalikan Kebahagiaan Thailand" dan menyiarkannya secara luas di radio dan stasiun televisi.
Cara inilah yang mirip dengan cara SBY melancarkan demokrasi di Indonesia.
Tak hanya itu, The Nation Books menerbitkan biografinya berjudul "Namanya Tu", berisi perjalanannya menjadi seorang pemimpin dan lebih banyak menonjolkan sisi lembutnya daripada kepribadian otoriternya.
Prayut menuai kontroversi karena perilakunya yang impulsif dan marah terhadap media setelah menjadi kepala negara.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR