Dan tentu saja, di mana pun dia bekerja, orang-orang terserang tifus setelah makan makanan yang disertai dengan tambahan kotoran dan urin yang berpindah dari tangan kotor Mary.
Pada tahun 1915, George Soper menerima panggilan telepon dari Dr. Edward B. Cragin, kepala dokter kandungan dan ginekolog di Rumah Sakit Sloane Wanita di New York.
Rumah sakit itu berada di tengah wabah tifus dan ingin mengetahui apakah juru masak yang kasar dan tidak hiegienis itu yang bertanggung jawab.
Soper bergegas ke rumah sakit, dan akhirnya Mary ditangkap untuk kedua kalinya pada 27 Maret 1915 dan kembali ke Pulau North Brother.
Masih menolak untuk mengangkat kantong empedu, Mary menghabiskan dua puluh tiga tahun berikutnya dalam hidupnya di karantina di pulau itu.
Dia ditempatkan dengan nyaman di sebuah bungalo kecil di halaman rumah sakit dan akhirnya diberi pekerjaan di laboratorium rumah sakit.
Selama penahanannya, dia menjadi semacam selebriti kecil. Wartawan kadang-kadang datang dan mewawancarainya, dan dia terus mempertahankan rasa tidak bersalahnya selama sisa hidupnya.
Pada pagi hari Natal 1932, seorang pengantar barang menemukan Mary tergeletak di lantai bungalonya. Dia menderita stroke yang membuatnya lumpuh.
Dia dipindahkan ke rumah sakit dan meninggal di sana enam tahun kemudian pada tanggal 11 November 1938 pada usia enam puluh sembilan. Abunya dimakamkan di Pemakaman St. Raymond di Bronx.
Baca Juga: Waspadai Gejala Tifus pada Anak, Selain Demam Tinggi Juga Termasuk Ketidaknyamanan di Tenggorokan
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR