Harga itulah yang juga menjadi pertimbangan memilih membuka warung mi ayam dan bakso.
Sebab, jika memilih makanan lain belum tentu bisa memberi harga yang murah per mangkoknya.
Penamaan telolet ini, lanjutnya, datang dengan sendirinya.
Nama itu dipilih karena lucu dan mudah diingat oleh orang.
"Waktu kami buka memang cari nama, nah sempat kepikiran bikin nama mi ayam bakso Amsterdam atau apa tetapi kami berpikir otomatis ekspektasi orang harus ada rasa Belanda."
"Akhirnya enggak tau aja tiba-tiba kami dapat telolet dan kami berdua cocok dengan itu dan lucu aja," urainya.
Diakuinya, diterapkan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM) di Sleman menyebabkan penurunan pembeli.
Meski pembeli menurun, Charlotte Peeters dan suaminya tidak pernah menyerah.
Ia tetap terus menjalankan usahanya.
Hingga akhirnya, warung mi ayam baksonya menjadi viral di media sosial.
Sejak itu, pembeli di warungnya mulai naik kembali.
"Saat ini minggu ini setiap hari Rp 700.000-Rp 800.000 omzetnya, tetapi sebelumnya anjlok, sehari hanya Rp 150 .000 karena memang ada pembatasan secara terbatas itu terasa langsung."
"Tetapi paling penting kita jangan sampai give up, lanjut terus," tegasnya.
Sebelum viral di media sosial, pembeli yang datang ke warungnya sering kali kaget.
Mereka kaget karena melihat yang memasak mi ayam dan mengantarkan seorang bule.
"Saat saya sendiri sedang masak kan tidak langsung keliatan, nah waktu keluar (mengantar makanan) reaksi pertama kaget."
"Tapi saya suka membuat mereka nyaman berbincang-bincang, sejak viral banyak orang datang sehingga tidak kaget lagi saat melihat mbak bule masak mi ayam," bebernya.
Charlotte Peeters masih mempunyai darah Indonesia.
Neneknya merupakan warga negara Indonesia asal Sumatera.
"Jadi nenek saya Indonesia, kakek Belanda. Nenek saya dari Sumatera, dia lahir di Lampung, papa saya lahir di Sorong."
"Kurang lebih usia 10-12 tahun pertama kali ke Indonesia, kemudian 2003, 2006, waktu itu tidak setiap tahun, tapi beberapa kali," ucapnya.
Sehingga, sejak kecil Charlotte Peeters sudah mengenal Indonesia.
Bahkan, baginya Indonesia menjadi rumah kedua baginya.
"Dari kecil sudah kenal dengan Indonesia, sudah merasa rumah kedua. Semakin tua malah rasa itu semakin kuat," ungkapnya.
Setelah itu, tahun 2009 Charlotte Peeters kembali datang ke Indonesia, tepatnya Yogyakarta.
Saat ini, Charlotte Peeters dan suaminya Arya Andika Widyadana dianugerahi dua anak, satu perempuan dan satu laki-laki.
"Saya masih warga negara Belanda, tapi saya boleh bilang saya punya KTP. Karena sudah punya visa KITAP saya boleh terima KTP," jelasnya.
Pada 2009, ia datang untuk belajar bahasa Indonesia. Sebab, ia akan bekerja di Indonesia.
"Awal mula di Indonesia, datang untuk kerja, tetapi sebelumnya harus belajar Bahasa Indonesia, nah ini mengapa datang ke Yogya. 2009 mulai menetap lalu menikah baru 13 Desember 2011," ujarnya.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR